Sabtu, 03 November 2018

Sterokimia Considering In Planning Synthesis

Sterokimia Considering In Planning Synthesis
Stereokimia adalah susunan ruang dari atom dan gugus fungsi dalam molekul umumnya, molekul organik dalam obyek tiga dimensi yang merupakan hasil hibridisasi dan ikatan secara geometri dari atom dalam molekul. Artinya bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul diatur dalam ruang satu terhadap ruang yang lainnya. Stereokimia berkaitan dengan bagaimana penataan atom-atom dalam sebuah molekul dalam ruang tiga dimensi.
Analisis retrosintesis atau ‘sintesis terbalik’ adalah proses pemutusan ikatan pada molekul senyawa menjadi bahan awal atau prekursor (starting material) yang sederhana dan tersedia secara komersial. Analisis retrosintesis merupakan suatu bentuk perencanaan sintesis, yang dapat dilakukan dengan diskoneksi (pemutusan ikatan) dan functional group interconvertion (FGI).
FGI adalah proses konversi suatu gugus fungsi menjadi gugus fungsi yang lain, dapat dilakukan dengan reaksi substitusi, adisi, eliminasi, oksidasi, reduksi, dan reaksi lainnya. Analisis retrosintesis memberikan informasi mengenai starting material apa saja yang bisa digunakan untuk mensintesis senyawa target.
Kekuatan analisis retrosintesis menjadi bukti dalam rancangan sintesis. Sasaran analisis retrosintesis adalah penyederhanaan struktur kimia. Seringkali, suatu sintesis akan memiliki lebih dari satu jalur sintesis yang mungkin. Retrosintesis cocok untuk mengungkap berbagai kemungkinan jalur sintesis yang berbeda dan membandingkannya berdasarkan logika dan panjang jalur. Perlu suatu basis data untuk setiap tahapan analisis, untuk menentukan komponen mana yang telah tersedia dalam literatur. Jika hal ini terjadi, tidak perlu eksplorasi lanjutan terhadap senyawa tersebut.
Analisis retrosintetik (retrosintesis) adalah teknik untuk merencanakan sintesis, terutama molekul organik yang kompleks, dimana molekul target kompleks (TM) direduksi menjadi urutan struktur yang semakin sederhana di sepanjang jalur yang pada akhirnya mengarah pada identifikasi yang sederhana atau bahan awal yang tersedia secara komersial (SM) dari mana sintesis kimia kemudian dapat dikembangkan.
Analisis retrosintetik didasarkan pada reaksi yang diketahui (misalnya Reaksi Wittig, oksidasi, reduksi dll.
Rencana sintetis dihasilkan dari analisis retrosintetik akan menjadi peta jalan untuk memandu sintesis target molekul.
 
Sintesis dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar:
(i) sintesis Linear
(ii) Sintesis konvergen
Sintesis Linier
Dalam sintesis linier, molekul target disintesis melalui suatu serangkaian transformasi linear.
 
Karena hasil keseluruhan sintesis didasarkan pada tunggal rute terpanjang ke molekul target, dengan menjadi panjang, linear sintesis menghasilkanhasil keseluruhan yang lebih rendah. Sintesis linear penuh dengan kegagalan karena kekurangannya fleksibilitas menyebabkan potensi kerugian besar dalam materi sudah diinvestasikan dalam sintesis pada saat kegagalan.
Sintesis Konvergen
Dalam sintesis konvergen, fragmen kunci dari molekul target disintesis secara terpisah atau independen dan kemudian dibawa bersama pada tahap selanjutnya dalam sintesis untuk membuat target molekul.
 
Sintesis konvergen lebih pendek dan lebih efisien daripada sintesis linear yang mengarah ke hasil keseluruhan yang lebih tinggi. Ini fleksibel dan lebih mudah untuk dieksekusi karena independen sintesis fragmen dari molekul target.


Diskoneksi

Pemutusan diwakili oleh garis bergelombang () melalui ikatan terputus,
Panah retrosintetik (): Panah terbuka ini mewakili pergi dari molekul target "mundur" menjadi lebih sederhana
molekul (retrons).
Panah sintetis (): Panah tertutup ini mewakili masuk arah maju.
 
Fungsional kelompok interkonversi (FGI) menggambarkan suatu proses mengonversi satu grup fungsional ke grup lain: mis. alkohol untuk aldehida, alkuna ke alkena dll.
Meskipun FGI tidak menawarkan banyak keuntungan untuk sintesis, ia menetapkan tahap untuk pemutusan berikutnya dari menengah. 
Dalam suatu sintesis stereoselektif, masing - masing pusat berurutan diperkenalkan dalam hubungannya dengan stereocenter yang ada. Kondisi ini biasanya sangat sulit dicapai. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan. Hal ini membutuhkan baik itu pemurnian atau manipulasi untuk memperoleh stereokimia yang benar. Beruntungnya, diastereomer biasanya mudah untuk dipisahkan, tetapi efisiensi suatu sintesis akan berkurang denngan adanya separasi tsb. Jadi, kestereoselektifitasan yang tinggi merupakan suatu tujuan penting dalam perencanaan sintesis.
Jika suatu senyawa ingin diperoleh dalam bentuk murni secara enansiomer, maka suatu sintesis enansioselektif harus dikembangkan.
Dalam reaksi stereokimia, jika terdapat diastereomer maka sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memisahkan diastereomer itu sehingga diastereomer bisa menjadi 0% dan enantiomer produk asli menjadi optimum.
Retrosynthetic Strategies
Strategi retrosintetik dibutuhkan karena pemilihan bahan dasar (starting material) untuk reaksi sintesis didasarkan pada reaksi retrosintetik tersebut sekaligus sebagai strategi atau pemandu dalam melakukan reaksi sintesis.
Analisis retrosintetik hanya akan menghasilkan hasil yang bermanfaat jika diarahkan ke beberapa tujuan. Tujuan dasarnya adalah untuk menghasilkan prekursor yang sesuai dengan bahan awal yang tersedia. Kemudian, diarahkan menjadi generasi prekursor yang lebih mudah disintesis daripada target awal; prekursor tersebut cenderung lebih dekat dengan senyawa yang tersedia daripada target awal. Analisis retrosintetik diarahkan untuk penyederhanaan molekuler. Corey telah merumuskan lima jenis strategi utama yang mengarah pada penyederhanaan yang diinginkan yaitu :
1. Functional-group based strategies (strategi berdasarkan gugus fungsi)
2. Topological strategies (strategi berdasarkan topologi)
3. Transform-based strategies (strategi berdasarkan transformasi)
4. Structure-goal strategies (strategi berdasarkan struktur tujuan)
5. Stereochemical strategies (strategi berdasarkan stereokimia)
Stereochemical strategies berfokus pada penghapusan stereocenters (pusat stereokimia) dibawah stereocontrol (kontrol stereokimia). Stereocontrol dapat dicapai melalui kontrol mekanistik atau kontrol substrat. Rekoneksi dilakukan untuk memindahkan stereocenter dari rantai alifatik (sulit untuk diperkenalkan) ke dalam cincin (jauh lebih mudah dikenali).
7.2 Approaches to Planning Practical Organic Syntheses
Permasalahan dalam sintesis pada dasarnya adalah masalah dalam desain dan perencanaan. Mengingat sintesis hanya menghasilkan 1 senyawa organik tertentu, dimana senyawa target telah didefinisikan secara tepat, baik sebagai struktur maupun stereokimia. Maka selalu ada berbagai cara agar tujuan tersebut dapat dicapai yaitu melalui penggunaan bahan awal yang sama atau yang berbeda.
A. Methodology (Metode)
Metodologi umum dalam perencanaan sintesis melibatkan dua langkah, yaitu (1) Mempertimbangkan berbagai cara yang memungkinkan kerangka karbon yang diinginkan dapat dibangun, baik dari molekul yang lebih kecil atau oleh perubahan pada beberapa kerangka yang ada. (2) Mempertimbangkan pembentukan gugus fungsi yang diinginkan pada rangka karbon yang diinginkan juga. Dalam banyak kasus, gugus fungsi yang diinginkan dapat dihasilkan sebagai konsekuensi dari reaksi dimana kerangka yang diinginkan itu sendiri dihasilkan.
Pilihan rute terbaik biasanya dibuat dengan mempertimbangkan :
1. Ketersediaan bahan awal
2. Kesederhanaan berbagai langkah dan skala sintesis
3. Jumlah langkah pemisahan yang terlibat
4. Hasil dari setiap langkah
5. Kemudahan pemisahan dan pemurnian produk yang diinginkan dari produk samping dan stereoisomernya.
B. Starting Materials (Bahan dasar)
Bahan awal organik termurah yang tersedia adalah metana, etena, etin, propena, butena, benzena, dan metilbenzena (toluena). Banyak bahan kimia yang dapat disiapkan dengan mudah dan hasil yang tinggi dari salah satu hidrokarbon tersebut. Alasan lainnya karena relatif tidak mahal dan banyak tersedia.
Some Principles in Control of Stereochemistry
Stereokontrol untuk cincin sikloheksana dalam kimia organik sebagian besar difokuskan pada posisi preferensial aksial/ekuatorial substituen pada cincin. Stereokontrol makrosiklik difokuskan pada pemodelan substitusi dan reaksi dari cincin dalam kimia organik, dimana unsur-unsur stereogenik jarak jauh memberikan pengaruh konformasi yang cukup untuk mengarahkan hasil reaksi.
Dalam reaksi stereokimia, jika terdapat diastereomer maka sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memisahkan diastereomer itu sehingga diastereomer bisa menjadi 0% dan enantiomer produk asli menjadi optimum.
Problem of substituents and stereoisomers
Situasi menjadi kompleks ketika kemungkinan isomer yang tidak diinginkan akan dihasilkan juga pada langkah-langkah sintesis yang berbeda. Reaksi yang menghasilkan isomer tunggal (reaksi diastereospesifik) dalam hasil yang baik lebih disukai. Beberapa reaksi seperti Diels-Alder menghasilkan beberapa stereopoint (titik dimana stereoisomer dihasilkan) secara bersamaan dalam satu langkah dengan cara yang sangat dapat diprediksi. Namun, senyawa murni pada step terakhir reaksi biasanya masih memiliki 50% enansiomer yang tidak diinginkan, sehingga dapat menyebabkan penurunan drastis dalam efisiensi rute. Sehingga diinginkan untuk memisahkan isomer optik sedini mungkin sepanjang rute sintetis. Caranya dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat dipilih dari 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah
Permasalahan:
1.      Mengapa dalam reaksi sterokimia diastereomer harus dipisahkan terlebih dahulu?
2.      Bagaimana cara untuk meningkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum?
3.      Dalam melakukan reaksi sintesis yang melibatkan stereokimia, maka perlu dilakukan kontrol (stereokontrol) agar didapatkan hasil sesuai keinginan. Bagaimana caranya?

11 komentar:

  1. Saya akan menjawab pertanyaan no 1 dimana Diastereomer adalah stereoisomer yang bukan bayangan cermin satu dengan yang lainnya, mereka mirip tetapi tidak identik.jadi mengapa harus dipisahkan karena untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memisahkan diastereomer itu sehingga diastereomer bisa menjadi 0% dan enantiomer produk asli menjadi optimum.

    BalasHapus
  2. Saya akan menjawab permasalahan pertama Stereokimia adalah studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi-yakni bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul ditata dalam ruangan satu relative terhadap yang lain.

    Tiga aspek stereokimia yang akan dicakup :

    Isomer geometric : bagaimana ketegaran (rigidity) dalam molekul dapat mengakibatkan isomer.
    Konformasi molekul : bentuk molekul dan bagaimana bentuk ini dapat berubah.
    Kiralitas (chirality) molekul : bagaimana penataan kiri atau kanan atom-atom disekitar sebuah atom karbon dapat mengakibatkan isomer.

    BalasHapus
  3. Saya akan mencoba menjawab permasalahan yg ke 3
    Stereokontrol bisa dilakukan pada sistem asiklik maupun sistem siklik. Pada sistem asiklik, dimana reaksi molekul asiklik bisa menghasilkan stereoisomer, dan ketika seorang kimiawan merujuk pada ' mengontrol stereokimia " pada suatu reaksi, maka bisa jadi dibuat agar hanya dihasilkan satu stereoisomer . situasi semacam ini dimana kontrol stereokimia sangat dipengaruhi oleh : regioselektivitas ( markovnikov vs anti-markovnikoc), konfigurasi retensi vs inversi, selektivitas cis - trans, selektivitas syn-anti, dan pengaruh kelasi heteroatom.
    3-metilheksanal dan 4-metilheksanal merupakan regioisomer. sebuah reaksi yang menghasilkan satu regioisomer sebagai produk utama bisa regioselektif atau regiospesifik.
    Sebagai contoh, reaksi 2-metil-2-butena dengan HBr memberikan 2-bromo-2-metilbutana sebagi produk utama, suatu reaksi adisi markovnikov,jadi reaksinya sangat regioselektif. reaksi ini berjalan melalui pembentukan karboktion yang lebih stabil, yang bereaksi dengan ionnukleofilik . jika bromida anti- markovnikov ( 1-bromo-2-metilbutana) diinginkan, maka jalur makenisme yang berbeda harus dilakukan. reaksi alkena dengan HBr dan peroksida diproses melalui mekanisme radikal, menghasilkan 1-bromo-2-metilbutana, bromida anti-markovnikov


    Dalam hal stereocontrol pada sistem siklik memiliki beberapa masalah yang sama dengan sistem asiklik. Metode dalam mengontrol regiokimia Markovnikov dan anti-markovnikow, juga retensi atau inversi dari konfigurasi. Akan sulit untuk memisahkan efek regiokimia dan retensi vs inversi dari isomer cis – trans dalam molekul siklik. Penambahan pada ikatan phi tersubstitusi menyebabkan isomer geometikal dan reaksi emmberikan isomer cis – trans dan hanya 3 diskusi yang akan dibahas untuk molekul siklik yakni : kontrol diastereoselektivitas, inversi konfigurasi dari pusat stereogenik, dan efek kelat pada heteroatom. Pengertian syn dan anti tidak mempunyai arti pada sistem siklis

    BalasHapus
  4. Saya akan menjawab permasalahan no 2. Bagaimana cara untuk meningkatkan hasil dari reaksi stereokimia agar didapat hasil optimum??
    Melalui (1) pemisahan diastereomer terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli, atau (2) dengan Chiron Approach, dimana bahan awal yang tepat diseleksi dengan 'kolam kiral' yang tersedia dengan mudah untuk memisahkan isomer optiknya.

    BalasHapus
  5. Saya akan mencoba menjawab permasalahan ke 2.
    Dalam hal stereocontrol pada sistem siklik memiliki beberapa masalah yang sama dengan sistem asiklik. Metode dalam mengontrol regiokimia Markovnikov dan anti-markovnikow, juga retensi atau inversi dari konfigurasi. Akan sulit untuk memisahkan efek regiokimia dan retensi vs inversi dari isomer cis – trans dalam molekul siklik. Penambahan pada ikatan phi tersubstitusi menyebabkan isomer geometikal dan reaksi emmberikan isomer cis – trans dan hanya 3 diskusi yang akan dibahas untuk molekul siklik yakni : kontrol diastereoselektivitas, inversi konfigurasi dari pusat stereogenik, dan efek kelat pada heteroatom. Pengertian syn dan anti tidak mempunyai arti pada sistem siklis

    BalasHapus
  6. Dalam hal stereocontrol pada sistem siklik memiliki beberapa masalah yang sama dengan sistem asiklik. Metode dalam mengontrol regiokimia Markovnikov dan anti-markovnikow, juga retensi atau inversi dari konfigurasi. Akan sulit untuk memisahkan efek regiokimia dan retensi vs inversi dari isomer cis – trans dalam molekul siklik.

    BalasHapus
  7. Saya akan menjawab pertanyaan no 1 dimana Diastereomer adalah stereoisomer yang bukan bayangan cermin satu dengan yang lainnya, mereka mirip tetapi tidak identik.jadi mengapa harus dipisahkan karena untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memisahkan diastereomer itu sehingga diastereomer bisa menjadi 0% dan enantiomer produk asli menjadi optimum.

    BalasHapus
  8. No 3 Stereokontrol bisa dilakukan pada sistem asiklik maupun sistem siklik. Pada sistem asiklik, dimana reaksi molekul asiklik bisa menghasilkan stereoisomer, dan ketika seorang kimiawan merujuk pada ' mengontrol stereokimia " pada suatu reaksi, maka bisa jadi dibuat agar hanya dihasilkan satu stereoisomer . situasi semacam ini dimana kontrol stereokimia sangat dipengaruhi oleh : regioselektivitas ( markovnikov vs anti-markovnikoc), konfigurasi retensi vs inversi, selektivitas cis - trans, selektivitas syn-anti, dan pengaruh kelasi heteroatom

    BalasHapus
  9. saya akan menjawab permasalahan nmr 1 Jika suatu senyawa ingin diperoleh dalam bentuk murni secara enansiomer, maka suatu sintesis enansioselektif harus dikembangkan.

    Dalam reaksi stereokimia, jika terdapat diastereomer maka sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan reaksi berikutnya agar produk reaksi menjadi 96% enantiomer saja atau maksudnya untuk mengurangi keberadaan enantiomer baru dari diastereomer produk asli. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memisahkan diastereomer itu sehingga diastereomer bisa menjadi 0% dan enantiomer produk asli menjadi optimum.

    BalasHapus
  10. No 3 Stereokontrol bisa dilakukan pada sistem asiklik maupun sistem siklik. Pada sistem asiklik, dimana reaksi molekul asiklik bisa menghasilkan stereoisomer, dan ketika seorang kimiawan merujuk pada ' mengontrol stereokimia " pada suatu reaksi, maka bisa jadi dibuat agar hanya dihasilkan satu stereoisomer . situasi semacam ini dimana kontrol stereokimia sangat dipengaruhi oleh : regioselektivitas ( markovnikov vs anti-markovnikoc), konfigurasi retensi vs inversi, selektivitas cis - trans, selektivitas syn-anti, dan pengaruh kelasi heteroatom

    BalasHapus
  11. Saya akan menjawab permasalahan pertama Stereokimia adalah studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi-yakni bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul ditata dalam ruangan satu relative terhadap yang lain.

    Tiga aspek stereokimia yang akan dicakup :

    Isomer geometric : bagaimana ketegaran (rigidity) dalam molekul dapat mengakibatkan isomer.
    Konformasi molekul : bentuk molekul dan bagaimana bentuk ini dapat berubah.
    Kiralitas (chirality) molekul : bagaimana penataan kiri atau kanan atom-atom disekitar sebuah atom karbon dapat mengakibatkan isomer.

    BalasHapus